Picnic

Pesona Indah Gili Labak, Pulau Tersembunyi di Timur Madura: Day 1

Bagi para pekerja, enam hari hingga tujuh hari dalam seminggu berkutat dengan dokumen, klien, laporan keuangan, artikel hingga job lainnya terasa begitu membosankan. Bahkan bagi si workaholic sekalipun kadang kali diliputi rasa penat. Jika situasi ini mulai datang, siap-siap rencanakan untuk mengasingkan diri sejenak dari kesibukan.

Hari gini nggak perlu susah lagi mencari referensi tepat untuk menghabiskan waktu berlibur. Tinggal search di media sosial, atau berselancar dari web satu ke lainnya, maka akan disajikan dengan ragam tempat wisata menarik, mulai dari alam dan buatan.

Saya berencana akan menghabiskan waktu long weekend bersama lima orang teman kantor lainnya di sebuah pantai yang jarang dikunjungi oleh banyak orang. Karena saat itu kami adalah karyawan yang memiliki waktu cukup sibuk, sehingga berpikir harus benar-benar quality time menikmati akhir pekan panjang.

Maka dari sekian banyak tempat wisata indah yang menggiurkan, dipilihlah Gili Labak sebuah pulau kecil di timur Pulau Madura sebagai tempat yang tepat untuk kill the long weekend! Bisa dibilang, area ini masih nggak banyak diketahui oleh wisatawan. Selain karena letaknya yang sangat jauh dari keramaian, juga masih menyuguhkan panorama alami. Jadi gimana ceritanya kita bisa sampai di pulau yang belum banyak terjamah ini?

Galau pilih tempat wisata

Setuju nggak kalau karyawan kantor itu susahnya minta ampun cari hari baik untuk melarikan diri ke alam? Ya, bisa juga sih memanfaatkan Sabtu dan Minggu untuk sekadar menikmati aroma air terjun, rerumputan dan laut yang nggak jauh dari tempat tinggal. Tapi, jika hanya singgah sebentar dan nggak menghabiskan malam di sana, sama saja kurang berkesan.

Jadi kami memutuskan untuk benar-benar mencari tempat wisata alam sepi, tetapi nggak mau juga kalau di dalam kota. Akhirnya, mulailah browsing tourism object di Indonesia dan muncul nama-nama seperti Lombok, Karimun Jawa, Jogja, dan Gili Labak!

Saat itu hanya memiliki jatah libur Sabtu, Minggu dan Senin. Sementara itu, pada hari Seninnya kami ingin menggunakannya untuk beristirahat sebelum kembali berkutat dengan pekerjaan. Maka, sebagai bahan pertimbangan, Lombok dan Karimun Jawa dicoret karena memiliki jarak tempuh yang cukup jauh. Sementara itu, budget karyawan biasa juga nggak mencukupi untuk pulang pergi, bayar travel, biaya makan, oleh-oleh dan lain sebagainya. Maklum, saat itu emang lagi tanggal tua sist.

Opsi lainnya yaitu Jogja. Setelah dipikir-pikir lagi, kami sudah kerap ke kota tersebut dan ingin mencoba wisata baru yang belum sama sekali dikunjungi. Maka, pilihan jatuh pada Gili Labak yang hanya ditempuh dalam waktu 9 jam saja. Jadi, gimana caranya cewek-cewek heboh yang sering pindah-pindah opsi ini akhirnya bisa sampai ke sana?

Pakai jasa travel ciamik

Setelah kami memutuskan untuk berangkat ke Gili Labak, nggak begitu saja mendarat dengan mulus di pulau tersebut. Kami mendengarkan cerita dari beberapa teman-teman yang sudah berpengalaman bila harus hati-hati dengan ombaknya. Sebab kadang kala bisa tiba-tiba saja cuaca nggak bersahabat sehingga akses menuju ke sana ditutup sementara.

Disitulah sempat galau dan masih bimbang akan pilihan ke Gili Labak. Di saat bingung, bisa-bisanya kami punya ide ke Korea dan Amerika. Yah, kalau kata anak Malang sih mongcoro gitu lah ya saking galaunya. Namun daripada buang-buang waktu untuk berpikir dan nggak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menilik pulau perawan tersebut, akhirnya sepakat untuk memilih agen travel.

Well, ada banyak sekali pilihan travel di internet. Seperti pada umumnya, mereka menawarkan harga, schedule, fasilitas, penjemputan dan lain sebagainya. Tapi sayangnya nggak ada yang cocok sama sekali.

Sampai akhirnya mendapatkan rekomendasi salah satu travel agent Malang dari teman kami dengan harga dan fasilitas yang pas banget dengan kantong karyawan, yakni cuma 500 ribu/orang selama 2D1N, private tour dan include all lho! Apalagi kalau bukan Malang Adventure Service! Lalu, apa saja sih yang kami dapatkan selama di Gili Labak?

Mulai perjalanan dari Malang dan dijemput!

Salah satu pertimbangan memilih Malang Adventure Service yakni penjemputan langsung di lokasi, bukan Surabaya sehingga klien nggak perlu repot-repot lagi harus berangkat naik kereta atau bus. Kami sepakat untuk berkumpul di salah satu rumah kawan dan mulai berangkat dari Malang pada Jum’at malam pukul 11.

Sedikit tips nih buat yang punya kebiasaan mabuk darat saat perjalanan, yaitu minumlah ANTIMO setelah makan. Sepanjang perjalanan menuju Pelabuhan Kalianget Sumenep, saya sama sekali nggak bangun-bangun. Hanya sesekali merasakan kepala kejedot akibat jalanan nggak rata dan mobil yang berkali-kali ngerem dadakan. But overall, obat anti mabok benar-benar membantu saya menjadi lebih bugar saat sudah bangun!

Memulai perjalanan ke Gili Labak dengan perahu mesin

Pukul setengah lima kami sampai di Pelabuhan Kalianget untuk membersihkan diri dan salat Shubuh. Kami berhenti di salah satu warung yang memang jadi persinggahan para wisatawan saat hendak ke seberang. Berupa warung makan, dilengkapi dengan toilet umum, tempat salat dan dudukan untuk bersantai. Satu orang dikenai biaya 4 ribu rupiah untuk mandi, namun kami lupa nggak bayar! Gimana sih gaes….

Sembari menunggu matahari mulai naik, kami berkemas mempersiapkan barang yang akan dibawa ke seberang. Melakukan gerakan-gerakan kecil terlebih dahulu dan masing-masing orang wajib memakai pelampung untuk keamanan. Bersama dengan wisatawan lain dari agen travel berbeda, kami mulai naik salah satu perahu mesin. Satu perahu bisa diisi oleh 10-15 orang. Perlahan tapi pasti, perahu mulai menjauh dari daratan dan see you Sumenep.

Agak parno sih awalnya, tapi mencoba untuk woles dan menikmati perjalanan. Sepanjang jalan lautan Selat Madura disuguhkan dengan pemandangan laut biru yang terbentang luas. Ombak kecil beriak, langit cerah, sinar matahari pelan-pelan menusuk kulit dan angin pagi yang justru bikin ngantuk. Sesekali sambil menikmati kecipak ombak yang masuk ke dalam perahu dan membasahi sebagian kecil pakaian. Ah, ini adalah pemandangan yang saya rindukan sejak lama!

Samar-samar pulau kecil Gili Labak mulai terlihat dari pandangan. Dari jauh terlihat pulau kecil dengan pasir putih, menyatu dengan sinar matahari lembut. Seperti tumpukan salju di tengah lautan. Pukul delapan pagi sudah menginjakkan kaki di butiran pasir halus yang kami bayangkan sebelumnya.

Menikmati pemandangan indah bawah laut surga tersembunyi.

Kami datang lebih awal dari wisatawan lainnya. Namun lambat laun pengunjung makin ramai, mengingat saat itu long weekend. Nggak perlu khawatir akan lemas karena belum sarapan, sebab di pinggir pantai banyak ditemukan penjual makanan, camilan dan minuman. Warung-warung dilengkapi dengan pondok bambu, sehingga traveler bisa beristirahat sejenak.

Usai beristirahat, lalu bergegas untuk jadwal selanjutnya yakni snorkeling! Kami digiring di sebuah perahu kecil untuk agak menjauh dari pinggir pantai dan mencari spot terbaik. Semua sudah siap dengan peralatan tempur dan saatnya untuk menikmati pemandangan bawah laut Gili Labak.

Eits, tunggu dulu. Meskipun sejak lahir saya tinggal di pesisir pantai namun sebenarnya takut banget melihat air laut. Apalagi saya nggak bisa renang, sehingga ketakutan jadi berkali-kali lipat. Salah seorang teman bahkan membayangkan jika ada hiu. Anehnya saya malah kebayang ada buaya. Bisa bayangin nggak sih reptil buas itu di laut? Iya, emang pikiran dan akal jadi nggak waras saking parnonya.

Berkat bantuan teman-teman dan guide Malang Adventure Service yang baik hati, akhirnya saya bisa nyemplung walaupun awalnya teriak-teriak nggak jelas. Tapi dengan telaten mereka ngajarin cara snorkeling yang baik dan benar biar air lautnya nggak kehirup dan ketelen. Dan taraaaaa berhasil!

Saya bisa melihat dengan jelas pemandangan bawah laut Gili Labak yang begitu indah. Terumbu karang warna-warni dengan dikelilingi ikan-ikan kecil. Arus tenang yang membuat kami bisa menikmati alam bawah laut menakjubkan. Sementara air lautnya yang jernih makin membuat kami terpesona. This is Indonesia!

Penginapan sederhana tapi asik

Jadi di hari pertama itu, usai snorkeling kami beristirahat ke sebuah rumah sederhana untuk berbenah diri terlebih dahulu. Namun karena nggak cocok, maka diperbolehkan untuk memilih penginapan lainnya. Warga siap membantu wisatawan untuk mencari tempat untuk tidur terbaik. Setelah memilih dari tempat satu ke lainnya, akhirnya kami menemukan sebuah rumah panggung mungil.

Terbuat dari kayu, lebih tinggi dari rumah lainnya, dan beralaskan karpet membuat kami nyaman. Gili Labak memang memiliki konsep alam, sehingga di sini kamu nggak akan menemukan hotel, transportasi online atau bahkan restoran. Sebab seluruh fasilitasnya memang dikelola oleh warga setempat untuk memperkenalkan keindahan bahari, dan kearifan lokal.

Menikmati senja di surga tersembunyi

Lelah setelah perjalanan dan snorkeling, kami memutuskan untuk beritirahat sejenak. Siang hari kami habiskan untuk tidur, sementara pada sorenya kami mulai kembali menikmati pesona wisata indah ini.

Beberapa wisatawan sudah banyak yang kembali ke seberang pada siang hari tadi. Sementara kini hanya ada beberapa pengunjung termasuk kami dan warga yang sibuk dengan aktivitas. Ada yang asik bermain voli pantai, membuat camp, sekadar ngobrol di sore hari hingga mereka yang sibuk mengabadikan momen.

Sementara itu kami memutuskan untk berburu senja sambil mengambil foto di beberapa titik. Menariknya, nggak ada spot di sini yang nggak Instagramable. Bahkan kursi kayu saja terlihat begitu menarik saat menyatu dengan pasir pantai. Semuanya begitu sempurna.

Pemandangan laut yang begitu indah bila dilihat dari dermaga. Ribuan ikan berenang di kaki kayunya. Sementara itu lanskap sore di sini benar-benar layaknya surga. Air laut biru, didukung dengan langit cerah semua tampak begitu memesona.

Kami berjalan menyusuri pinggiran pantai sembari menunggu datangnya sang jingga. Sesekali bermain dengan keong yang banyak ditemui di pinggiran pantai. Kala matahari terbenam, semua langit dan awan bahkan berubah menjadi oranye bercampur kuning. Samar-samar hari gelap menyatu dengan suara adzan dari surau. Begitu sempurna…

Bercengkrama di malam hari

Sebagai seorang anak kos yang selalu siap sedia, saya nggak lupa membawa kabel ulur. Itu semua demi keamanan komunikasi dan dokumentasi, mengingat kami punya 6 anggota dan 2 mas guide yang baik hati.

Listrik di Gili Labak mulai padam pada pukul 8 ke atas. Oleh karena itu kami segera menambah daya smartphone, kamera dan semua yang dibutuhkan. Usai berbenah dan sholat Magrib, kami menikmati makan malam yang dibuat oleh warga. Lauknya sederhana dan mengingatkan saya pada rumah. Kami menikmatinya sembari bercanda. Semuanya terasa nikmat bila dilakukan bersama-sama. Saya suka dengan hidangan mereka.

Sementara para warga melakukan rapat di aula terbuka, kami memutuskan untuk bercengkrama di sebuah bangku bambu, pinggir pantai. Saat itu hanya terlihat beberapa wisatawan yang menginap di pulau termasuk kami, sehingga membuat surga tersembunyi benar-benar tenang dan damai.

Malam itu angin semilir tidak begitu dingin maupun hangat. Terasa sedang-sedang saja, nyaman sekali. Sementara cuaca begitu cerah. Bintang-bintang bertebaran di langit luas membuat pemandangan begitu sempurna. Sementara suara ombak samar-samar terdengar. Kami menghabiskan waktu untuk membicarakan banyak hal sambil bergurau.

Deretan bintang di langit luas itu mengingatkan pada buku-buku astronomi yang pernah saya baca. Saya tertarik dengan luar angkasa dan seisinya. Planet, galaksi, black hole, rasi bintang, komet dan semua yang berhubungan dengan alam semesta begitu menarik.

Saya suka sekali suasana Gili Labak pada malam hari. Semuanya terasa sulit dilupakan. Perlahan listrik padam, namun kami masih betah bercengkrama hingga larut malam.

Hari pertama di Gili Labak benar-benar berkesan dengan serangkaian kegiatan, pemandangan, dan warga yang ramah. Kami menutup hari pertama dengan tidur berjajar di rumah panggung yang hangat. Berharap hari esok lebih baik dari sekarang….

You may also like...

1 Comment

  1. wahh asik juga nih kyknya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *