Darah apapun dalam dirimu, ketika kau mauk Ibu Pertiwi, maka kau adalah Indonesia. Di tanah ini nanti, jasadmu akan dikubur dan terurai kembali sebagai bagian dari tanah air. Banyuwangi, 2018

Let's we talk about life
Darah apapun dalam dirimu, ketika kau mauk Ibu Pertiwi, maka kau adalah Indonesia. Di tanah ini nanti, jasadmu akan dikubur dan terurai kembali sebagai bagian dari tanah air. Banyuwangi, 2018
Jadi begini rasanya anemia? Tekanan darah turun drastis menyebabkan berkunang dan lesu. Kukira obatnya hanya satu, bertemu. Dengan siapa? Dengan orang yang ingin kutemui. Hari ini aku sudah mengucapkan rindu padanya. Kupikir sirup penyembuh sementaranya begitu. Sedangkan penambah darah sebenarnya nanti. Namanya bertemu, diminum tiga kali sehari. Tapi masih diracik sama apoteker. Banyuwangi, 2018
Rindu datang tanpa alasan. Ia tidak menyapa dengan kata, atau memberi tanda dengan isyarat. Ia berjalan perlahan memasuki jantung yang tak berdetak. Menorobos lintasan nadi, lalu terbaring di peraduan sendu bernama hati. Sekiranya bosan dia akan pergi tanpa pertanda. Melibas sunyi yang kering merintih, hingga kita berpisah tanpa kata-kata. Malang, 2017
Ini siang hujan sudah jatuh Gemerintik perlahan sampai ke tanah. Sudah basah semua yang dikiranya hari ini kemarau. Sebab Mei mana mungkin ia datang kembali. Lalu bau hujan menyeruap hingga ke pojok-pojok bilik. Rupanya baunya seperti rindu yang masih tersisa. Lamat-lamat masuk terhirup Mengundang syahdu yang telah lama dikuburnya hingga ke perut bumi. Sebab boleh …
Aku pernah memergokimu memandangku di sore itu. Aku tahu siapa yang mengisikan jingga-jingga di langit senja. Bahkan aku juga tahu siapa yang membuat laut biru Agar aku jatuh tenang di gelombangnya. Aku hanya pura-pura tidak tahu saja Bila ada sepasang mata yang sigap menerawangku. Kupikir hanya orang berlalu lalang sambil membawa karung-karung di pundaknya. Namun ternyata …
Kau tahu, dari tujuh hari aku menantikan hari Senin. Di Hari Senin, Aku bisa melihatmu di teras rumah sembari membaca buku Sejarah. Sesekali kau menghitung rumus Fisika Lalu mematuk-matukkan bolpoin ke keningmu yang ingin ku kecup. Di Hari Senin, Aku bisa menikmati raut wajahmu yang remang di balik temaram. Itu raut yang kusuka, penuh teka-teki. …
Musim hujan tahun lalu, Ada yang tunduk di kaki ketakutan. Menyembunyikan kata demi kata pengharapan. Lalu, hanya bersembunyi dalam palung-palung risalah. Menggigil hatinya yang sudah membusuk. Menyeruap ke atas pikiran. Dan mati mengiringi riwayat-riwayat kehidupannya Sebelum ia tahu diri bahwa senja tak seperti biasanya Sedu sedan menjadi jubah yang bertandang. Putus sudah! Putus sudah! Begitu …
Ada kalanya langit meniupkan kegelapan Kemudian permulaan malam mengundang sang pengecoh Mulai menyemburkan satu hingga ribuan titik basah Pelan lalu meradang menjadi-jadi Apalah gerangan hari ini? Diputuskanlah emperan toko menjadi pelabuhan sementara Berbincang dua hingga ratusan kata tentang lalu lalang perkotaan Lalu, jatuh pada cerita penguasa ular yang memperbudak tikus jalanan Sesekali hujan mulai tenang, …
Dia tenggelam dalam rona malam Dia menghilang dalam bulan yang meronta. Kemudian angin menyusulnya dalam kabut Bukan tentang kata yang berlebihan Tapi tentang dia yang berpendar Menjadi serpihan-serpihan asap dingin Yang diselimuti dinginnya malam Yang dihiasi ribuan kunang-kunang Kemudian lenyap dilahap angkasa ruah. Malang, 2013