Insto Dry Eyes, #SolusiMataKering Terbaik Untuk Si Paling Digital
Product Review

Insto Dry Eyes, #SolusiMataKering Terbaik Untuk Si Paling Melek Digital

Menjadi manusia 5.0 memiliki segudang kegiatan yang harus dilakukan di depan gadget. Sebut saja seperti menulis artikel, entry data, finance report, bermedia sosial, meeting, berkomunikasi, membuat konten hingga personal assistant. Aktivitas digital yang padat membuat si digital savvy memiliki risiko mengalami gangguan pada mata, salah satunya mata kering. Sadar akan hal tersebut, salah satu produk obat tetes mata nomor satu di Indonesia memberikan solusi terbaiknya dengan mempersembahkan Insto Dry Eyes

Insto Dry Eyes hadir sebagai penyelamat bagi si digital savvy yang harus berjuang melek seharian di depan gadget. Mata kering karena terlalu lama menatap layar merupakan gangguan utama bagi mereka, sehingga dapat menghambat aktivitas dalam berdigital. Oleh sebab itu, produk terbaik ini menjadi must have item untuk si digital savvy kapan dan dimanapun. 

Tapi anyway, apa sih yang dimaksud dengan digital savvy? Lantas apa kaitannya digital savvy dengan gejala mata kering? Mengapa #InstoDryEyes jadi senjata ampuh bagi mereka untuk beraktivitas? Yuk, kita bahas bersama-sama pada ulasan di bawah ini!   

Apa itu digital savvy?

Pengertian Digital Savvy

Di era digital seperti sekarang, kamu pasti sudah tidak asing lagi ‘kan dengan smartphone dan laptop? Hampir semua orang kini memilikinya untuk melakukan berbagai aktivitas, mulai dari mengirim pesan, mengetik dokumen, menghitung keuangan, edit video atau gambar, merekam momen serta masih banyak lagi lainnya. Sifat melek teknologi ini hampir menyentuh seluruh lapisan masyarakat, sehingga mereka menghabiskan sebagian kegiatannya untuk menatap layar. 

Kebiasaan tersebut lantas turut membuat perusahaan-perusahaan membuka lowongan pekerjaan secara remote atau hybrid, yang mana pekerja cukup bekerja di depan layar dari mana saja. Bukan tanpa alasan, flashback ke masa pandemi, ketika masyarakat dituntut untuk social distancing, alhasil mereka jadi sulit berinteraksi secara langsung. Satu-satunya untuk menuntaskan pekerjaan serta saling terhubung ialah melalui gadget masing-masing. Bagi mereka yang belum familiar dengan teknologi, situasi ini mungkin tampak asing atau bahkan menakutkan. Terlebih perubahan mendadak mengharuskan mereka melakukan penyesuaian dalam waktu singkat. 

Faktanya, setelah masa tersebut berakhir, masyarakat jadi terbiasa dengan gadget dan membuat mereka semakin melek teknologi. Akhirnya memunculkan istilah digital savvy yang mengacu pada siapapun yang memiliki keahlian di bidang teknologi modern serta mampu beradaptasi dengan dunia digital. Berakar dari sini, jika kamu bekerja sebagai Content Writer, SEO Specialist, Digital Marketer, Web Developer dan apapun yang berhubungan dengan teknologi disebut sebagai si digital savvy

Pada perkembangannya, digital savvy juga mencakup berbagai aspek. Contohnya saja seperti berselancar di internet, menggunakan media sosial, memahami cara menggunakan aplikasi, membuat konten, website serta mencari informasi melalui platform. Cukup luas juga ya, jadi jangan heran bila nyatanya tanpa disadari kamu adalah salah satu si digital savvy yang memiliki durasi screen time panjang. 

Survey jumlah digital savvy di Indonesia

Di dunia digital, memiliki akses terhadap teknologi merupakan langkah awal untuk memperoleh manfaat dari digitalisasi itu sendiri. Baik individu, kelompok, maupun komunitas, penggunaan teknologi merupakan sebuah kewajiban. Mereka dituntut untuk beradaptasi secara cepat, mengingat apapun kegiatan dan pekerjaannya dilakukan hanya dengan menatap layar smartphone. Bisa dibilang gadget memegang kendali serta tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Hal ini berdampak pada naiknya jumlah pengguna internet yang naik dari tahun sebelumnya. 

Menurut survei dari data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 79,5% di tahun 2024. Jika dijabarkan, jumlah pengguna internet tahun ini mencapai 221. 563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, persentase tersebut naik sebesar 1,4%. 

APJII juga menyebutkan bahwa sejak 2018, penetrasi internet di Indonesia mencapai 64,8%. Lantas di tahun 2019 naik menjadi 73,7%, disusul tahun 2020 sebesar 77, 01% dan 78,19% di tahun 2023. Jika dianalisis dari gender, kontribusi penetrasi internet bersumber dari laki-laki 50,7% dan perempuan 49,1%.

Menilik persentase pengguna internet di atas, terbukti bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia telah melek teknologi. Bisa dibayangkan berapa lama setiap harinya mereka menatap layar? Tentu, “menatap layar” bagaikan suatu hal yang wajib. Fenomena ini pula yang kemudian menimbulkan risiko-risiko khususnya dalam hal kesehatan bagi si digital savvy

Risiko si digital savvy

Dunia digital menjadi bagian dari semua demografi dan telah terbukti bahwa terobosan ini memberikan kemudahan dalam segi apapun. Akan tetapi, sebagaimana halnya dua sisi mata koin, hal yang baik tentu berdekatan dengan yang buruk. Nyatanya, menatap layar terlalu sering memiliki sisi negatif bagi kesehatan. Semua yang serba instan membuat si digital savvy malas bergerak, sehingga rentan terhadap gangguan kesehatan. Beberapa diantaranya menurut Health Minds adalah sebagai berikut: 

  • Obesitas 

Meskipun obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak seimbang. Gangguan kesehatan ini juga dapat dikarenakan kebiasaan kurang gerak. Semakin banyak waktu didepan layar smartphone atau laptop, membuat berkurangnya aktivitas fisik, sehingga timbullah ketidakseimbangan energi. Lebih lanjut, kondisi itu menyebabkan risiko penyakit kardiovaskular. 

  • Sakit kepala dan tumor otak

Menurut International Agency for Research in Cancer (IARC) dari WHO, smartphone dikategorikan sebagai karsinogen kelas B yang artinya agen penyebab kanker. Paparan elektromagnetik dari layar dapat menyebabkan sakit kepala dan tumor otak. 

  • Gangguan mata kering

Paparan terus menerus terhadap cahaya laptop, smartphone maupun gadget lainnya dapat menyebabkan ketegangan pada mata. Alhasil, mata menjadi mudah lelah, kering, perih dan terasa panas. Lebih lanjut, hal ini mengganggu kinerja melatonin pada tubuh yang pada akhirnya menyebabkan sulit tidur, kurang fokus dan mudah lelah. 

Gangguan mata kering pada si digital savvy

Insto Dry Eyes: Must Have Item untuk si digital savvy

Bagi si digital savvy, gadget adalah sahabat sejati yang harus dibawa kemana saja. Bahkan di rumah sekalipun, menatap layar merupakan sebuah keharusan. Namun tanpa disadari, kondisi ini memberikan dampak terhadap kesehatan mata, salah satunya yakni mata kering atau asthenopia. Istilah ini sering pula dikenal dengan Computer Vision Syndrome (CVS) yang meliputi mata kering dan lelah.

Dry eyes merupakan gejala gangguan kesehatan mata akibat memfokuskan mata pada layar monitor secara terus menerus selama 3 jam atau lebih dalam sehari. Akibatnya membuat otot mata menjadi tegang dan kekurangan air mata. Padahal, dilansir dari laman Hermina Hospitals, dalam satu menit orang harus berkedip minimal 17 kali guna membantu menjaga kelembaban mata. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya miopia, rabun jauh atau keduanya. 

Menurut pengalaman saya sebagai seorang digital savvy, pekerjaan Content Writer menuntut untuk menulis sebanyak 6-7 artikel dalam sehari untuk satu project. Sedangkan saya menangani 2-3 project, sehingga membutuhkan setidaknya 8 hingga 9 jam per hari untuk menatap layar laptop. Saya mulai melakukan aktivitas bekerja dari pukul 10 pagi sampai selesai. Akan tetapi, di siang hari ketika jam makan siang hingga 3 sore, seringkali mata terasa sepet dan kering. Akhirnya saya terpaksa menghentikan aktivitas dan melanjutkannya saat malam hari karena mata sudah terasa lelah.

Ketika mengalami gejala mata kering seperti di atas, leher terasa pegal dan seringkali pusing, sehingga mengharuskan saya beristirahat sejenak. Pun saat malam hari saat melanjutkan pekerjaan demi deadline, mata terasa panas dan benar-benar kelelahan. Kondisi ini membuat saya kurang nyenyak saat tidur malam hari, lantas membuat tubuh kurang fit saat bangun di pagi hari dan mata masih terasa panas. Mungkin bagi kamu si digital savvy, apakah juga mengalami gejala yang sama? 

Gejala mata kering 

Keluhan mata kering yang sering dialami oleh si digital savvy sebenarnya adalah salah satu masalah yang umum terjadi. Durasi menatap layar terlalu lama menjadi penyebab utama dari gejala dry eyes. Berdasarkan pengalaman pribadi, ada 2 gejala utama dari mata mering yang sering dialami, di antaranya sebagai berikut:

  • Mata terasa sepet

Mata sepet ditandai dengan rasa tidak nyaman ketika terlalu lama di depan layar. Mata terasa tidak memiliki kelembaban, berpasir, lelah. Lebih lanjut ini akan membuat penglihatan kabur meskipun kamu berusaha melotot atau membaca sesuatu. Jika dibiarkan, gejala sepet ini akan berakibat pada rasa perih.

  • Mata terasa perih

Ketika mata sudah mengalami seperti di atas namun masih dipaksakan untuk melek, alhasil akan membuat terasa perih dan menimbulkan sensasi terbakar. Ada perasaan gatal atau berpasir, seperti ada sesuatu di mata. Selanjutnya kondisi ini akan membuat mata merah hingga iritasi. 

Penyebab mata kering

Penyebab mata kering

Bagi si digital savvy, mata kering disebabkan oleh banyak faktor. Menatap layar merupakan penyebab utamanya, namun demikian ada beberapa penyebab pendukung yang dapat memperparah gejala mata kering. 

  • Jarang mengedipkan mata

Seperti telah disinggung pada ulasan sebelumnya bahwa seseorang yang menatap layar terlalu lama umumnya memiliki jumlah kedipan yang sedikit. Kondisi ini menyebabkan kurangnya produksi air mata yang berfungsi melembabkan mata. Padahal setidaknya manusia berkedip minimal 17 kali agar mata tetap lembab. Gejala mata kering juga bisa diperburuk oleh cahaya yang terlalu terang atau penggunaan AC berlebihan. 

  • Penggunaan lensa kontak dalam jangka waktu panjang

Apabila kamu memiliki gangguan mata minus atau plus, penggunaan lensa kontak mungkin sudah biasa. Selain praktis, alat bantu ini juga tidak membuat sakit di bagian hidung layaknya kaca mata. Terlebih membuat penampilan tampak natural.

Namun demikian, perlu mewaspadai penggunaan lensa kontak apalagi dalam jangka waktu panjang. Dilansir dari Daniel & Davis Optometry, pemakaian lensa kontak dapat menyebabkan mata menjadi kering karena lapisan tipis yang menutup kornea membatasi aliran oksigen ke mata. Tanpa aliran oksigen, mata akan kesulitan mengeluarkan cairan alaminya.

  • Penguapan air mata berlebih

Dilansir dari Mayo Clinic, jarang berkedip, melakukan aktivitas seperti membaca dan bekerja didepan layar merupakan pemicu dari penguapan air mata berlebih. Kondisi ini membuat lapisan yang diproduksi oleh kelenjar kecil di tepi kelopak mata tersumbat. Lebih lanjut, akan memberikan efek mata perih dan kering.

  • Durasi menatap layar terlalu lama

Masih ingat tidak di pelajaran sekolah dulu bila mata manusia membutuhkan cahaya untuk mengenali berbagai warna? Eits, tapi tidak semua cahaya baik untuk penglihatan terutama cahaya biru. 
Sumber cahaya biru ada pada layar LED, smartphone, televisi, dan gadget lainnya. Akumulasi paparan yang masuk mata dalam jangka panjang dapat mempercepat degenerasi makula. Makula sendiri adalah bagian retina yang berfungsi sebagai pusat penglihatan. Penderita degenerasi makula lambat laun akan merasakan gejala mata kering dan parahnya menimbulkan kebutaan.

Bahaya mata kering

Seringkali gejala mata kering yang timbul disepelekan hanya karena bisa diobati dengan beristirahat sejenak dan tidur. Akan tetapi, bila kondisi ini dibiarkan tanpa adanya tindakan justru akan menimbulkan sejumlah bahaya serta gangguan yang berkelanjutan. 

Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh mata kering, yakni: 

Survey jumlah penderita mata kering di Indonesia

Penggunaan teknologi secara massive utamanya bagi si digital savvy turut menaikkan jumlah penderita mata kering di Indonesia. Melalui survei yang dilakukan oleh JEC Eye Hospital and Clinics menghasilkan screen time orang Indonesia hampir 8 jam per hari. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata screen time secara global. Melalui itu, prevalensi mata kering di Indonesia ada pada rentang 27,5 hingga 30,6 % pada tahun 2023. Diperkirakan angka tersebut masih terus bertambah seiring dengan penggunaan perangkat digital. 

Meskipun ini merupakan gangguan umum, tetapi apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan utamanya indera penglihatan. Orang yang mengalami dry eyes seringkali menganggap sepele karena tidak merasakan gejala yang dinilai serius, sehingga membiarkannya begitu saja. Namun demikian, setelah kini kamu memahami bahwa mata kering bisa berkelanjutan serta menimbulkan bahaya, sebaiknya segera lakukan penanganan dengan produk terbaik Insto Dry Eyes.

Insto Dry Eyes: Must Have Item untuk si digital savvy

Insto Dry Eyes: Must Have Item untuk si digital savvy

Wah, siapa sangka ya bila mata kering memiliki gejala, penyebab dan bahaya yang kompleks. Kondisi ini termasuk gangguan kesehatan yang harus menjadi perhatian utamanya bagi kamu yang memiliki durasi screen time panjang. Maka dari itu, sebaiknya lakukan tindakan untuk menghindari dry eyes dan sedia selalu si kecil mungil Insto Dry Eyes

  • Istirahatkan mata sejenak

Sebagai seorang digital savvy, kamu tentu harus berpacu dengan deadline dan pekerjaan yang menumpuk setiap harinya. Meskipun tampak santai, nyatanya mata harus bekerja keras menatap layar sepanjang hari.  Apabila dipaksakan, maka akan menjadi pemicu timbulnya mata kering. Untuk menghindari itu, sebaiknya istirahatkan mata dengan mengalihkan pandangan ke lingkungan sekitar seperti tanaman hijau, langit biru atau lainnya selama 20 detik tiap 20 menit. 

  • Menyesuaikan pencahayaan ruangan dan layar monitor

Cahaya gadget bukan satu-satunya penyebab dari mata kering. Hal-hal pendukung lainnya yang turut menimbulkan gangguan tersebut ialah pencahayaan ruangan dan layar monitor. Untuk itu, sebaiknya ketika menghadap layar beri jarak antara monitor dengan mata sejauh 50 hingga 60 sentimeter. Pencahayaan tidak boleh terlalu terang dan posisikan layar sedemikian rupa guna menghindari silau dari jendela atau pencahayaan ruangan yang terlalu berlebihan. 

  • Perbesar font di gadget

Karena penglihatan normal seringkali font di smartphone atau tablet dibiarkan berukuran kecil. Alhasil ketika memainkannya seharian, harus memicingkan mata sedekat mungkin dan membuatnya benar-benar bekerja keras menatap apa yang ada di layar. Paparan yang terlalu dekat membuatnya mudah memerah, kering hingga terasa perih. Maka solusi terbaiknya ialah dengan mengatur ukuran font supaya masih terlihat bila dibaca dengan jarak 30 hingga 40 sentimeter.  

  • Lakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter

Mata merupakan indera penglihatan yang sangat krusial. Kesehatannya adalah yang paling utama sebab mata adalah jendela dunia. Oleh sebab itu, penting untuk memeriksakan secara rutin ke dokter guna memastikan kesehatannya setiap enam bulan sekali.  Tindakan ini bertujuan agar setiap aktivitas digital berjalan dengan lancar tanpa gangguan mata kering.

  • Insto Dry Eyes Solusi Mata Kering

Selain melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter, pastikan untuk selalu sedia Insto Dry Eyes sebagai #SolusiMataKering. Obat tetes mata nomor satu di Indonesia ini telah menjadi sahabat para digital savvy karena bisa diaplikasikan kapan dan di mana saja. Kemasan mungilnya memudahkan untuk dibawa kemanapun tanpa perlu repot. Di sisi lain, juga terbukti memiliki tiga nilai plus untuk menjaga indera penglihatan tetap sehat. 

Nah, agar aktivitas digital lancar letakkan Insto Dry Eyes di sampingmu selalu. Aplikasikan maksimal 3 tetes sehari satu kali saja guna menjaga mata tetap lembab selama beraktivitas seharian di depan gadget. Bagi pengguna lensa kontak, pastikan untuk melepaskan lensa kontak terlebih dahulu, teteskan Insto dan biarkan minimal 15 menit. Sensasi dinginnya membuat indera penglihatan terasa segar dan bening. 

Kandungan pada Instro Dry Eyes

Sebagai obat tetes mata untuk mencegah mata kering, Insto Dry Eyes memiliki bahan aktif sebagai air mata buatan. Komposisi tersebut memberikan efek pelumas seperti air mata untuk mengatasi gejala kekeringan pada mata, meringankan iritasi yang disebabkan oleh kurangnya produksi air mata. 

For your information, kekurangan produksi air mata juga disebut sebagai rheumatoid arthritis, keratoconjunctivitis dan xerophtalmia. Gangguan tersebut mengakibatkan indera penglihatan terasa perih, berpasir hingga memerah. Seringkali pula membuat penglihatan tampak kabur bila tidak segera diatasi. Untuk itu, Insto Dry Eyes yang mengandung bahan air mata buatan mampu menjaga kelembaban indera penglihatan sepanjang hari, sehingga bebas dari segala masalah mata. 

Dimana beli Insto Dry Eyes? 

Hei digital savvy, kini kamu sudah paham ‘kan jika kesehatan mata adalah yang paling utama? Jika kemarin kamu mengabaikannya, kini saatnya untuk aware terhadap ‘si jendela dunia’. Sebagai obat tetes mata paling the best, Insto Dry Eyes bahkan tersedia di minimarket dan apotek terdekat. Kalau kamu mager keluar rumah, tenang saja, sebab solusi mata kering ini juga bisa dibeli melalui marketplace berikut ini. 

Perkembangan teknologi yang begitu pesat memunculkan si digital savvy yang senantiasa up to date terhadap apapun yang berhubungan dengan techno. Di Indonesia sendiri pengguna internet bertambah setiap tahunnya, dalam artian durasi screen time juga bertambah panjang dan meningkatkan risiko gangguan mata kering.  Beruntungnya, Insto Dry Eyes hadir untuk menemani aktivitas mereka. Terbuat dari bahan air mata buatan yang berfungsi sebagai pelumas, obat tetes mata ini aman digunakan dalam keseharian guna melindungi indera penglihatan dari kekeringan. #SolusiMataKering dengan Insto Dry Eyes! 

Source: 

Insto Dry Eyes

American Academy of Ophthalmology

Hermina Hospitals

Daniel & Davis Optometry

JEC Eye Hospital and Clinics 

Health Minds

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)

You may also like...