Going Somewhere

Pesona Indah Gili Labak, Pulau Tersembunyi di Timur Madura: Day 2

Dini hari Gili Labak diguyur hujan yang cukup deras, sehingga kami terpaksa harus tidur kruntilan demi menghindari kucuran air. Kendati demikian hawa sejuk saat subuh begitu terasa dan membuat enggan untuk beranjak. Usai menunaikan salat Subuh, kami bahkan memutuskan untuk tidur kembali sembari menunggu matahari terbit.

Sebenarnya sih jadwal dari travel pada pukul 5 pagi hari sudah harus berkumpul untuk berburu Sunrise. Tapi namanya private tour jadi agak suka-suka kita aja. “Udah mas nggak usah sunrise-sunrise an. Tidur dulu, capek”.

Untungnya mas-masnya pada baik-baik dan mau saja menuruti kami. Akhirnya sengaja melewatkan matahari terbit demi pindah tidur di pulau. Enaknya lagi, para guide dari Malang Adventure Service bertanya terlebih dahulu, berkenankah dengan jadwal A, B, atau C. Semua keputusan tergantung pada tamu.

Pagi hari menjelang, kami sudah siap kembali kembali menikmati Gili Labak dengan harapan hari ini lebih baik. Maka, mulailah beberapa schedule wisata yang nggak terlupakan.

Abadikan momen pagi hari

Meskipun kami ketinggalan sunrise, namun tetap saja nggak menyesal. Sebab udara dan suasana di Gili Labak benar-benar masih asri. Para penduduk kembali beraktivitas. Wanita membuka warung, memasak, dan mengurus rumah tangga. Sementara pria kembali bekerja sebagai nelayan.

Tahu nggak sih sebagian besar masyarakat Gili Labak sudah berusia lanjut. Kendati demikian, hidup di pesisir dan jauh dari keramaian kota membuat mereka memiliki fisik yang kuat dan tangguh. Mereka ini melakukan aktivitas secara mandiri. Menariknya lagi, ibu-ibu masih memasak secara tradisional yakni dengan menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Pemandangan yang sudah lama nggak pernah dilihat di era modern ini, ya?

Pagi itu suasana Gili Labak begitu tenang. Beberapa wisatawan yang juga bermalam di sini memilih untuk bermain bola voli pantai. Sementara itu kami memutuskan untuk menyusuri seluruh bagian pulau. Wilayahnya yang kecil bisa ditelusuri selama 30 menit dengan berjalan kaki. Nah, kalau lihat di peta, globe, ataupun atlas, maka keberadaan Gili Labak nggak akan ditemukan karena memang luasnya hanya 5 hektar atau setara dengan dua kali lapangan bola.

Sinar matahari lembut terasa nyaman di kulit. Sudah lama tidak merasakan di perkotaan yang penuh dengan polusi. Hari ini kami menanggalkan sejenak kesibukan untuk menghirup udara pagi yang menyegarkan. Pasir pantai berwarna putih berkilauan layaknya kristal. Sementara airnya berwarna biru jernih.

Setiap bagian disini memiliki spot yang sayang untuk dilewatkan. Wajib sekali untuk mengabadikan momen di berbagai titik karena memang menyuguhkan lanskap indah bukan main. Kami berbelok di sebelah pulau, disana terdapat deretan pohon-pohon cemara hijau. Semuanya berjajar rapi, sayang sekali bila nggak direkam dalam bingkai foto.

Bibir pantai indah dikombinasikan dengan pantulan cemara pada air laut membuatnya makin memesona. Berjalan terus hingga ke belakang pulau maka kamu akan menemukan toko oleh-oleh. Ada beragam macam buah tangan mulai dari sandal, pakaian, aksesoris, dan lain sebagainya. Pemilik tokonya begitu ramah. Ia menyapa kami dengan senyuman sembari bertanya, kami wisatawan dari mana.

Lanjut snorkeling kedua!

Usai berkeliling pulau dan menilik rumah-rumah warga di sini, jadwal selanjutnya yakni snorkeling lagi. Hmm sebenarnya sih agak trauma dengan nyemplung di lautan kemarin. Tapi ada rasa ketagihan dan ingin menikmati pemandangan bawah laut Gili Labak sekali lagi.

Anyway mas-mas guide-nya pengertian sekali dengan sebagian dari kita yang takut dan nggak bisa berenang. Akhirnya, kami diajak ke spot snorkeling tepi pantai, tepat di bawah dermaga. Meskipun dangkal, namun pemandangan bawah lautnya nggak kalah menarik seperti di spot pertama.

Terik matahari tepat berada di atas kepala, tapi disana justru berasa seperti bule-bule Bali yang berjemur padahal aslinya udah gosong. Lucunya, spot kami ini dipenuhi oleh ibu-ibu dan anak-anak yang nggak mau snorkeling di tengah.

Pasir dan ikan-ikan kecil terus membuntuti kami yang asik bermain selam-selaman. Kendati demikian, rasanya nggak mau selesai berendam di air laut saking asiknya. Alhasil kami jadi gosong segosong gosongnya, terutama saya yang macam abis dicelupin ke oli.

Menikmati suasana siang hari sebelum berpisah

Saat kami snorkeling, wisatawan dari seberang sudah banyak yang berdatangan. Berbeda dengan kemarin sore dan tadi pagi yang masih tenang, pengunjung sudah mulai meramaikan tempat wisata. Memang jadwal keberangkatan perahu dari pelabuhan Kalianget mulai beroperasi pada pukul 6 pagi, tengah hari dan sore. Sementara untuk schedule kembalinya juga sama.

Usai menggosongkan kulit, kami tidak segera berbenah. Sebab rombongan dijadwalkan meninggalkan pulau pada pukul 12 siang. Mas-mas guide menawarkan untuk singgah sebentar ke Gili Genting sebelum mendarat ke Kalianget lagi. Maka kami pun setuju dan memutuskan untuk nggak mengganti pakaian snorkeling karena masih akan basah-basahan lagi di pulau seberang.

Sampai jumpa lagi Gili Labak, Selamat Datang Gili Genting

Sebenarnya sih agak sedih mau meninggalkan Gili Labak. Seperti enggan sekali mau beranjak pulang karena dua hari satu malam di sini benar-benar berkesan. Lanskap eksotisnya susah untuk dilupakan, para warganya begitu ramah dan baik. Sementara saya masih kebayang keindahan laut yang patut disandingkan dengan Maldives.

Kami meninggalkan Gili Labak dengan perahu mesin untuk menuju ke Pantai Sembilan di Gili Genting. Perjalanan lebih singkat karena memang dua pulau ini bersebelahan. Kami bersama dengan rombongan lainnya menuju kesana dengan pakaian yang basah tapi kering sendiri saat sampai di lokasi.

Saat kami sampai, wisata Pantai Sembilan sudah dipenuhi oleh wisatawan. Mengingat hari ini memang Minggu jadi wajar saja bila area ini dipenuhi oleh pengunjung. Wilayah Gili Genting jauh lebih luas dari Gili Labak. Di sini ada ribuan kepala keluarga dan sudah memiliki jalan serta infrastruktur yang cukup baik.

Sementara Pantai Sembilan adalah tempat wisata yang pernah dikunjungi oleh tim My Trip My Adventure. Di sini sudah dibangun banyak cafe, penyewaan baju dan alat untuk snorkeling, toilet dengan air tawar serta banana boats.

Namun karena mulai lelah setelah menghabiskan banyak waktu di Gili Labak tadi, kami memutuskan untuk nggak main air lagi dan langsung cepat-cepat berbenah diri. Satu orang pengunjung ditarik dengan harga 3 ribu rupiah untuk mandi. Tapi lagi-lagi kami lupa bayar gaes….

Kembali ke Pelabuhan Kalianget

Usai berbenah, kami masih menikmati sejenak suasana Pantai Sembilan di Gili Genting. Rombongan lain yang tadinya satu kapal dengan kami masih terlihat asik bermain. Oleh sebab itu kami harus menunggu dan menghabiskan waktu di sana sambil bergurau dan makan makanan ringan.

Sejujurnya kami masih membahas berbagai spot di Gili Labak. Semuanya terasa istimewa dan nggak mudah untuk dilupakan. Tapi ada lagi yang kelupaan, ternyata selama kami mandi dan membersihkan diri di toilet umum Gili Labak, lupa bayar sist. Parah nggak sih, yang diingat cuma hiu sama buaya. Sedangkan giliran bayar toilet nggak pernah ingat.

By the way, air yang kami gunakan untuk mandi dan menggosok gigi di Gili Labak adalah air asin. Awalnya ngiranya sih air laut akan lengket di tubuh, tapi ternyata nggak juga kok. Malah terasa lebih segar dan kami benar-benar menikmati menyatu dengan alam. Bisa saja mandi dengan air tawar, tapi setiap satu galonnya dijual dengan harga 10 ribu rupiah. Kan kita karyawan hemat, jadi ya dinikmati saja mandi dan gosok gigi dengan air laut.

Pukul dua siang, kami lepas dari Gili Genting untuk menujul Pelabuhan Kalianget seperti sedia kala. Perjalanan laut yang lumayan cukup jauh membuat kami agak terkantuk-kantuk di atas perahu mesin. Namun liburan kali ini terasa mengesankan. Susah sekali move on dari keindahan Gili Labak yang benar-benar nyata.

Kami meninggalkan Sumenep untuk kembali menuju Malang pada Minggu sore menuju senja. Suara adzan Magrib dan matahari yang perlahan terbenam membuat kami enggan untuk meninggalkan tanah Madura. Semuanya terlalu indah untuk dilupakan.

Kita sudah menelusuri setiap titik Gili Labak, kamu kapan? Yuk atur jadwal dan mulai petualanganmu di sana!

 

 

You may also like...

Leave a Reply